RAMADHAN BULAN INSPIRASI DAN MOTIVASI DIRI
RAMADHAN
BULAN INSPIRASI
DAN
MOTIVASI DIRI
(Oleh: Dr.H.Sukarmawan,M.Pd.)
Di penghujung bulan Ramadhan, sungguh tepat
untuk dijadikan momentum kontemplasi dan renungan bersama bahwa kita patut meneruskan
dan melestarikan nilai-nilai Ramadhan yang baru saja kita lalui. Tujuannya agar
kita semua memiliki tujuan hidup yang terarah dan beorientasi yang jelas dalam
meraih kehidupan yang lebih baik di masa depan. Haruslah disadari bahwa Tarbiyah Ramadhan telah memberikan
banyak hikmah yang dapat menginspirasi dan memotivasi diri kita untuk menjadi
insan yang “Ahsan” atau manusia yang baik. Di antara sekian banyak hikmah dari Pendidikan Ramadhan, diantaranya adalah:
Pertama,
puasa Ramadhan merupakan wujud kasih sayang Allah untuk umat Rasulullah SAW
agar dapat melipatgandakan pahala ibadah dan meraih berbagai kebaikan.
Sebagaimana diketahui, usia rata-rata umat Rasulullah itu hanya 60 hingga 70-tahunan.
Melalui wasilah bulan Ramadhan, kita bisa menandingi ibadah umat-umat umat
terdahulu yang usianya sampai ratusan tahun. Mengapa bisa demikian ? Hal ini
terjadi karena dilipatgandakannya ibadah umat Rasulullah di bulan
Ramadhan, salah satunya melalui malam Lailatulqadar. Sebagaimana firman Allah SWT
dalam Surat Al-Qadar:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ ، وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ
، لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
Artinya: “Sesungguhnya
Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada Lailatulqadar. Tahukah kamu apakah
Lailatulqadar itu? Lailatulqadar itu lebih baik daripada seribu bulan.”
Kedua: Puasa Ramadhan telah memberikan hikmah atau pelajaran berhargabagi kita
bahwa sesungguhnya Allah SWT berkuasa untuk meninggikan atau memuliakan suatu
perkara di antara perkara-perkara yang lain. Bulan Ramadhan pun dimuliakan oleh
Allah SWT di antara bulan-bulan yang lainnya. Demikian pula halnya ketika Allah
berkehendak untuk meninggikan dan memuliakan hamba-hamba-Nya di antara
hamba-hamba yang lain di muka bumi ini.
Ketiga: pelajaran atau hikmah penting
lainnya dari bulan Ramadhan adalah melahirkan hubungan (interaksi) vertikal secara
khusus antara seorang hamba dengan Tuhannya. Tidak ada hamba yang dapat melihat
hakikat hubungan khusus itu kecuali Allah. Dan Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda
“ Allah berfirman “Semua amal anak Adam
untuknya kecuali puasa. Ia untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya”
Sungguh, pelajaran atau hikmah dari Puasa
Ramadhan yang satu ini sangatlah penting bagi kita untuk selalu mengaitkan
segala urusan hidup kita dengan Allah Sang Penguasa Alam Semesta. Sehingga aktivitas
kehidupan kita selamanya akan terkoneksi dengan Allah, kita akan merasa selalu dilihat
dan diawasi oleh Allah. Kita merasa diatur oleh Allah, merasa digerakkan aktivitas
hidup kita ini oleh kehendak Allah, sebagaimana saat kita sedang berpuasa, kita
tidak akan membatalkan puasa meski hanya tersisa waktu magrib beberapa menit
saja, karena kita meyakini gerak-gerik kita dilihat Allah meski tak ada
seorang pun yang melihat kita saat itu. Meskipun hidangan berbuka yang sudah
siap di hadapan kita itu adalah hasil jerih payah atau usaha kita, tetapi kita
menyadari ada Zat Yang Maha Kuasa dan Maha Melihat, yatitu Allah SWT. Intinya, kita
meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini tak ada yang luput
dari pengawasan dan ketentuan Allah. Begitu pula kita ibadah itu bukan karena
makhluk, tetapi karena Allah. Sehingga harus merasa berada di hadapan Allah.
Selanjutnya, kita tidak berani berbuat dosa sebab merasa senantiasa diawasi
oleh kamera atau CCTV Allah. Hal inilah yang termasuk kriteria ihsan dalam diri
seorang hamba Allah, sebagaimana digambarkan oleh Rasulullah saat Beliau ditanya
malaikat Jibril.
قَالَ:
يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الْإِحْسَانُ؟، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ،
فَإِنَّكَ إِنْ لَا تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
Artinya: “Malaikat
Jibril bertanya, “Wahai Rasulullah, apa artinya ihsan?” Beliau menjawab, “Ihsan
itu engkau beribadah kepada Allah, seakan-akan engkau melihat-Nya. Kendati
engkau tidak melihat-Nya, tetapi Dia selalu melihatmu,” (HR. Ahmad).
Hikmah atau pelajaran yang dapat kita petik
adalah diri kita harus benar-benar dijiwai dengan menyadari bahwa ibadah kita
hanya untuk Allah dan kita seperti berada di hadapan Allah. Kendati belum bisa
merasakan bahwa kita berada di hadapan Allah, sadarilah bahwa kita senantiasa
ditatap dan diawasi/dimonitor oleh Allah.
Keempat, pelajaran Ramadhan telah menyadarkan diri kita bahwa kewajiban
berpuasa dengan menahan segala sesuatu yang sebelumnya halal seperti makan dan
minum, hanya pada bulan Ramadhan. Namun demikian, haruslah kita sadari bahwa puasa
dari perkara yang haram itu harus tertanam di dalam sanubari kita sepanjang
bulan bahkan seumur hidup kita. Jika Tarbiyah Ramadhan telah melatih kita agar
mampu menahan diri dari perkara yang halal, maka apalagi perkara yang haram, tentunya
diri kita harus mampu menjauhinya.
Sesungguhnya puasa Ramadhan ingin memberi
pelajaran kepada kita semua bahwa dalam segala hal janganlah berlebihan,
termasuk dalam menikmati perkara yang halal. Ramadhan mengajarkan kita tentang
kesederhanaan karena Allah tidak menyukai manusia yang berlebihan. Sebagaimana
yang diamanatkan oleh Allah SWT dalam dalam Al-Quran:
يا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ
مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
Artinya: “Wahai anak-cucu Adam, pakailah pakaian kalian yang indah setiap
(memasuki) masjid, juga makan dan minumlah kalian, tapi jangan berlebihan.
Sesungguhnya, Allah tidak menyukain orang-orang yang berlebihan,“ (QS.
Al-A’raf [7]: 31).
Bahkan Allah SWT telah mengingatkan kita,
dalam ayat yang lain, bahwa orang yang berlebihan itu akan diancam dan digolongkan
ke dalam ahli neraka.
وَأَنَّ
الْمُسْرِفِينَ هُمْ أَصْحَابُ النَّارِ
Artinya, “Sesungguhnya
orang yang berlebihan mereka itu golongan ahli neraka,” (QS. al-Mu’min
[40]: 43).
Kelima, puasa Ramadhan telah memberi hikmah/ pelajaran bagi kita untuk menyantuni
kaum yang lemah dan dhuafa. Selama puasa kita menahan lapar dan belajar
merasakan bagaimana laparnya orang-orang lemah. Sehingga di akhir Ramadhan,
kita diwajibkan mengeluarkan zakat fitrah, infaq dan sedekah. Hal tersebut
untuk menunjukkan kasih sayang dan kepedulian kita kepada mereka. Hal yang
terpenting, zakat yang kita keluarkan itu untuk membersihkan diri dari segala
macam kotoran batin yang tak terlihat secara kasat mata. Sekaligus zakat juga
menjadi penambal ibadah puasa kita dari perkara yang merusak kesempurnaan
ibadah puasa. Dari zakat yang kita tunaikan ini diharapkan mengingat diri kita bahwa
dalam rezeki kita ada hak orang lain yang harus diberikan. Coba
kita renungkan kisah Nabi Sulaiman, seorang nabi yang paling kaya di muka bumi.
Ternyata di akhirat, ia baru dapat masuk surga dalam rentang waktu 500 tahun
lebih lambat dari Nabi Isa yang merupakan nabi termiskin di dunia. Mengapa bisa
demikian ? Ternyata, Nabi Sulaiman harus menghadapi proses hisab semua harta
yang dimilikinya. Kita tahu bahwa berdasarkan sejarah kehidupan Nabi Sulaiman, semua
harta kekayaan yang dimilikinya telah dipakai untuk taat kepada Allah. Marilah
kita renungkan, bagaiman jika harta kekayaan yang kita miliki telah kita
gunakan untuk kemaksiatan ?. Oleh karena itu, marilah pasca puasa Ramadhan
tahun ini, kita keluarkan harta seraya membersihkan diri.
Itulah sebagian kecil hikmah/ pelajaran
Ramadhan untuk kita cermati bersama. Insyaallah, masih banyak pelajaran lain
yang dapat kita renungkan dan kita maknai. Sehingga akan menginspirasi dan
memotivasi diri kita untuk menjadi hamba Allah bertaqwa (Muttaqin).
Posting Komentar untuk "RAMADHAN BULAN INSPIRASI DAN MOTIVASI DIRI"